Surabaya, 22 April 2020
Pukul 18.10 WIB. Baru saja saya melaksanakan sholat Maghrib, menandakan sudah bergantinya hari dalam waktu Hijriah. Saat ini berarti kurang 1 hari menuju Ramadhan. Bulan yang selalu kita tunggu-tunggu. Bulan yang penuh dengan berkah dan pengampunan.
3 tahun lalu, Saya merasakan suasana puasa dan Ramadhan yang berbeda, karena 3 tahun lalu saya harus berpuasa Ramadhan dan Lebaran jauh dari rumah. Untuk pertama kalinya merasakan Lebaran tapi nggak kumpul dengan keluarga karena masih merantau di sebrang benua (Cerita lengkapnya bisa dibaca disini).
Tapi entahlah, menyambut bulan Ramadhan tahun ini juga terasa berbeda. Di tengah-tengah keadaan pandemi seperti saat ini semuanya berbeda. Seperti kehilangan euforia suasana Ramadhan yang erat dan harmonis diantara kita. Yang berbondong-bondong meramaikan masjid untuk berangkat taraweh, yang ramai-ramai berkumpul menyambung silaturahmi untuk berbuka puasa bersama, Yang bersemangat berkumpul dengan keluarga besar menyampaikan rasa rindu yang ditahan.
Tahun ini, di tengah-tengah keadaan pandemi Covid-19 ini, yang seharusnya terasa erat pun harus merenggangkan diri. Anjuran dari pemerintah pun harus kita lakukan, menjaga jarak secara sosial dan fisik, Menghindari kegiatan keramaian, termasuk kegiatan beribadah dan juga kegiatan mudik. Rasanya seperti “Bukan Ramadhan” banget gitu.
Tapi bener apa yang ditulis oleh Ustadz Heri, Direktur Eksekutif LAZNAS Nurul Hayat, di status Facebooknya. Bahwa keadaan boleh berbeda, semuanya terasa berbeda. Tapi sebenernya yang berbeda hanya Suasana Ramadhan yang selalu menjadi bayangan dan kenangan kita. Bulan Ramadhan tetap akan menjadi bulan Ramadhan, keberkahan dan kebaikan didalamnya akan tetap. Allah S.W.T nggak akan mengurangi keberkahan Bulan Suci Ramadhan. Lantas semoga ini nggak menjadi alasan untuk mengurangi semangat beribadah kita, mungkin belum saatnya merasakan suasana yang erat diantara umat tapi kita bisa lebih memper-erat hubungan dengan Sang Pencipta.
Walaupun terasa juga berbeda, ditengah-tengah keadaan pandemi ini yang notabenenya semua terasa lesu dan susah, dari berbagai sektor dan termsuk sektor ekonomi. Tapi Ramadhan tetaplah Ramadhan, Ramadhan tetap menjadi bulan suci yang penuh keberkahan dan pengampunan. dan Ramadhan tetap menjadi saat yang Saatnya Membelai Amarah dan Memeluk Kata Maaf.
Saatnya kita lebih mendalami waktu membelai amarah di tengah-tengah keadaan yang cukup banyak menyita amarah kita, perhatian kita, atau bahkan menganggu kesehatan mental kita. Mungkin dengan bertemunya bulan Ramadhan, kita semakin bisa memeluk rasa amarah ini berdamai dengan diri dan mendekatkan diri kepada yang Maha Mengatur segalanya. Dan juga tentunya memafkan diri sendiri, berjuang dan berpasrah diri kepada Allah S.W.T sebelum akhirnya saling bermaaf-maafan.
Mari kita sama-sama menyambut Bulan yang Mulia, Bulan Ramadhan ini. Bersama-sama bersemangat untuk tetap menyambut segala kebaikan, dan keberkahannya. Dan juga yuk kita tetep bersama-sama bergandeng tangan untuk melawan pandemi ini. Semoga kita semua selalu diberi kesehatan oleh Allah S.W.T.