PRIESTLEY’s PARADOX- Mendekatkan yang jauh, Menjauhkan yang dekat

Di pagi yang begitu menyenangkan, awal dari semster kedua saya menempuh ilmu di Monash Univeristy ini. Ketika itu tepatnya saya begitu senang karena saya akan belajar mata kuliah ” Managerial communication”. Pelajaran yang saya sukai karena membahas tentang bagaimana cara berkomunikasi yang baik, effektif, dan effisien sebagai manager.

Tepat di awal-awal pembelajaran saya langsung disuguhi beberapa teori-teori mengenai komunikasi, Salah satunya adalah “Priestley’s Paradox”, Priestley Paradox adalah keadaan dimana ketika teknologi dalam berkomunikasi semakin berkembang, maka dapat mengurangi ke-efektifan dalam berkomunikasi.

pp

BEGITU ADALAH CONTOH GRAFIKNYA.

Teknologi benar-benar merubah pandangan manusia dalam berkomunikasi. Di jaman globalisasi, jaman digital era ini sudah bisa di pastikan setiap dari kita memiliki setidaknya satu akun dalam sosial media. Pada jaman dahulu, sebelum mengenal SMS, Chatting, Social Media, hanya ada satu pilihan untuk berkomunikasi dengan orang lain, yaitu bertemu dan berbica langsung.

Dalam kehidupan nyata, percakapan langsung antara satu orang dengan lainnya biasanya terjadi begitu cepat, manusia terkesan begitu egois, seakan bercakap dan bertemu dengan orang lain terkesan akan menghabiskan waktu mereka. Tidak heran dengan adanya kalimat sindiran yang begitu menusuk bagi saya ” Mendekatkan yang jauh namun Menjauhkan yang dekat“. Bagaimana fenomena social media mampu menghipnotis membuat manusia menjadi “Ansos (Anti Sosial)” dengan sekelilingnya, mampu megetahui, dan berkomunikasi dengan orang yang jauh, namun menjauhkan orang2 terdekat yang ada disekelilingnya. Dalam sebuah academic journal (Ralph Gross & Alessandro Acquisti 2005:1) dikatakan bahwa sebenarnya manusia begitu sangat wajar untuk tidak menjadi diri nya sendiri di dalam social media. mereka cenderung istilahnya “Memakai Topeng” untuk menutupi karakter asli dirinya sendiri.

Lantas, pantaskah kita harus merusak atau bahkan kehilangan seseorang yang ada disekeliling kita yang nyata nya lebih dekat dengan kita hanya karena kita sibuk memantau orang-orang yang jauh dari kita?.
Mari bersama-sama kita mengintropeksi diri, bersama-sama melihat pada diri kita sendiri, apakah kita sudah mencoba membuka mata kita dan melihat orang2 disekeliling kita?

Semoga postingan kali ini mampu memberikan manfaat bagi saya pribadi maupun pembaca.

Melbourne- 26 Februari 2016

Tags: