Surabaya, 22 Juni 2020
Halo semuanya, Assalamualaikum. akhirnya menyapa lagi teman- teman dalam tulisan ini. udah cukup lama nggak nulis di blog sendiri, padahal semenjak blog ini sudah punya domain sendiri saya pengen berkomitmen untuk nulis disini seminggu sekali. Eeeeh kok malah jadi nggak pernah nyempetin waktu. Maaf maaf gaes. “Emang ngapain aja vin, kok sok sibuk sih. Ente jubirnya pak Menkes kok sibuk banget?”
Hehehe, jadi emang akhir – akhir ini lebih banyak nulis artikel/ konten selain di blog sendiri, seperti di zakatkita.org sama di blog pesantrenkhairunnas.sch.id. oh iya sama saya lagi nyoba – nyobain nyemplung ke sosmednya anak anak zaman now, Tik Tok. Yaa masih belajar aja dulu, belajarin algoritmanya Tik Tok.
Oh ya, temen – temen yang ngikutin saya di sosmed saya mungkin sudah tau. Di kantor tempat saya kerja, tepatnya di Lembaga Amil Zakat Nasional Nurul Hayat dari bulan Ramadhan kemarin lagi ngerombak wesite crowdfunding kami dan di revamp menjadi new look dan new system. Yaitu website zakatkita.org
Alhamdulillah sudah bisa berjalan semenjak bulan Ramadhan kemarin, yang mau donasi/ sedekah/ zakat dan sekarang mau qurban bisa langsung cek ke webnya.
Sama seperti platform crowdfunding lainnya, Zakatkita.org hadir untuk mempermudah kita berdonasi, sedekah maupun membayar zakat. Di dalemnya ada banyak pilihan program program sosial untuk kita berdonasi. Nah karena ini masih baru, dan program – programnya saat ini masih dari program yang dijalankan oleh Nurul Hayat, dan saya kebagian tugas untuk membuat atau merapikan copywriting deskripsi maupun copywriting iklan sosmed program – program sosial tersebut.
Foto contoh
Alhamdulillah juga akhirnya bisa memanfaatkan buat jadi ningkatin skill nulis, tapi ternyata tidak semudah itu Fergusso….
Menulis yang sifatnya persuasive dan yang harus bisa mengikat emosi pembaca itu ternyata tidak semudah menulis curhatan buat blog sendiri. Yang pastinya buat memancing emosi pembaca, kita sebagai penulis pun harus menorehkan hati dan perasaan juga. Cukup menguras banyak emosi, nulisnya pun harus bener- bener menemukan waktu yang enak dengan suasana hati yang juga enak.
Program – program yang diangkatpun cukup banyak dan sedih setiap kali nuliskan ceritanya. Mulai dari cerita tentang nenek berumur 90 tahun yang harus berjuang sendiri dan tinggal di rumah gedek yang hidupnya pun apa adanya, trus juga cerita perjuangan adek adek yang melawan hidro sefalus, cerebral Palsy, kanker hingga korban kebakaran. Kisah mereka luar biasa, perjuangan mereka pun rasanya sulit untuk saya ceritakan ulang. Tapi saya niatkan ini juga sebagai syiar membantu orang yang membutuhkan,
Sebelum nulis nggak jarang saya mencari – cari inspirasi dari program – program serupa di platform crowdfunding lainnya seperti kitabisa.com , benihbaik.com, solusipeduli.com dll. Membaca cerita orang di platform crowdfunding lain aja sudah cukup membuat saya mewek, apalagi harus menuliskan cerita yang memancing emosi untuk platform zakatkita. Nah jadilah saya yang anak ENFJ ini, yang persentase Feelingnya 90%. nggak jarang malah jadi meneteskan air mata dan malah jadi nangis sendiri. Nangis karena bersyukur dengan nikmat – nikmat yang mungkin jarang kita syukuri bahkan kita sadari keberadaannya. Nikmat – nikmat kecil yang sepatutnya kita syukuri. Alhamdulillah Ya Allah…
Contoh tulisan yang saya tulis, yang cukup membuat saya mewek juga;
Linknya ada di sini : https://zakatkita.org/operasisangyatim
Karena ini menjadi tantangan baru untuk saya, akhirnya saya ikut kelas pelatihan copywriting yang diselenggarakan oleh Sekolah Amil Forum Zakat Nasional. Kebetulan yang mengisi salah satunya mbak Rizki
Ada banyak ilmu yang bisa diambil dan dipraktekan dalam menuliskan tulisan yang bisa menggaet perasaan dan emosi pembaca, tentunya lewat teknik story telling. sebelumnya saya pernah nulis tentang bercerita lewat storytelling disini yang saya ambil dari buku Building a Brand Story. Nah kali ini gimana storytelling itu bisa menggerakkan pembaca untuk berdonasi.
Nah ini sekilas gambaran besarnya gimana negbuat storytelling yang baik, yang bisa menggerakkan pembacanya.
Pertama dari menentukan apa saja yang mau diceritakan, melengkapi 5W 1H nya, dari situ kita jadi punya bayangan dan arah kemana cerita ini akan berjalan dan apa saja yang akan disampaikan. Dan ternyata ketika cerita itu lebih personal malah menjadi universal, karena emosi dan perasaan sebenernya menjadi bahasa yang lebih universal. Lalu tentang urgency nya, tunjukkan ke urgency an itu dari bahasa tulisan kita. Dan yang menurut saya paling penting adalah “Good Storytelling serves the reader, not the writer”. Jadi sebenernya, menulis cerita yang baik yang enak dibaca oleh pembaca, maksudnya kita sebagai penulis jadi perlu memposisikan kita sebagai pembaca. “Gimana nih kalo misal dibaca sama orang, yang mungkin belum kenal dengan sosok/ cerita yang kita angkat”.
Dan sampe sekarang masih belajar, karena belajar itu proses sepanjang masa. Masih terus mengembangkan membandingkan dari masing – masing tulisan, mana sih yang lebih enak dibaca, lebih banyak yang donasi atau lebih banyak yang mengunjungi halamannya. Semoga bisa terus konsisten buat belajar. Sama – sama belajar dan mencoba.
Yuk banyak melatih diri untuk menulis !