Saat ku intip dari celah jendela, bulan tak selamanya purnama
dan langit terus bergulir tak selamanya gelap berkilau bintang atau terang berterik sinar.
perlahan aku mengerti langkah dan arah sang waktu,
ketika ku mendengar bisik dentingan waktu, yang biar saja hanya aku yang mengerti.
seakan mencoba menceritakan butir-butir sebuah kehidupan
yang mengalir terangkai manis membentuk sebuah bingkai
terkadang waktu begitu lambat, bagi insan yang setia menunggu
begitu cepat berlalu bagi insan yang sedang takut
terlalu panjang bagi insan yang sedang dilanda duka
terlalu pendek bagi insan yang sedang bersuka
Manusia dalam ruang waktu
selalu terikat bak terbelenggu
terjebak dalam logika yang tak menentu
apakah itu kamu waktu, yang perlahan demi perlahan mengubah manusia?
ketika kusadari, kita tak bisa selamanya berharap pada manusia dan waktu.
karena kita tak bisa seterusnya berharap laut selamanya pasang, sebagaimana berharap laut selamanya menjadi surut
hanya karena ingin menyusuri indahnya pantai, atau hanya karena ingin berlayar menyusuri lautan.
biarkan kaki ini menari di penghujung waktu
mempercayai bahwa tuhan itu Maha Adil
dalam mengarang sebuah takdir
biarlah yang pergi silih berganti
yang berubah menyadarkan diri