Bandara Ngurah Rai, Bali 20 november 2016
Langit benar-benar enggan menahan hujan, ketika Merpati putih besar ini mulai merapatkan diri ke ranah dewata.
Rintik- rintik hujan seakan menyambutku melangkahkan kaki menuju bandara.
Hujan dan bandara, bukankah mereka adalah dua hal yang yang unik.
Kehadiran mereka dicintai maupun dibenci oleh orang-orang.
Beberapa dari mereka dengan gembiranya melangkahkan kaki menuju bandara atau menyambut hujan.
Beberapa dari mereka justru memaki datangnya hujan atau dengan beratnya melangkahkan kaki menuju bandara.
Aku melihat seseorang yang dengan senangnya meneteskan air mata, menyambut seseorang yang mungkin cukup lama ia nantikan, berpeluk dan berbagi ciuman dangan senyum sebuah tanda syukur yang besar.
Di lain sisi aku melihat mereka yang cukup erat memeluk seseorang seakan tak ingin melepaskan, tentu siapa yang tak berat melepaskan seseorang.
Aku juga melihat mereka yang sengat sabar menunggu, wajahnya masih cemas, entah kegembiraan atau kesedihan yang terlukis di wajahnya. Berharap akan kehadiran seseorang, Namun siapa yang dapat memastikan akan datangnya sesuatu?
Sama halnya dengan hujan, bukankah banyak dari mereka menantikan datangnya hujan? Mereka bilang hujan adalah sebuah berkah, hujan mampu membawa kesejukan, entah kesejukan hati atau diri. Karena hujan mampu memecah kesunyian dan hujan melengkapi nyanyian-nyanyian kesenduan hati. Hujan pula yang biasanya mengembalikan kenangan-kenangan yang terselip dalam memori diri.
Namun tak jarang kudengar makian saat rintik-rintik hujan membasahi tanah, mereka membenci hujan yang membawa kedinginan. Tak jarang pula mereka mengatakan bahwa hujan itu jahat, cukup sering membuat banyak kekacauan dan bencana di muka bumi. Seakan semua adalah kesalahan turunnya hujan.
Bukankah kita bisa memilih untuk memaki dan membenci hujan, atau mencintai dan menyambut kedatangannya, namun hujan tetap akan turun walaupun mereka memilih untuk memakinya, karena hujan datang untuk mereka yang membutuhkannya.
Layaknya sebuah perpisahan, kita bisa memilih untuk membenci atau mencintai kedatangannya, namun ia akan tetap datang kelak pada waktunya.
Malam ini, aku memilih untuk berterima kasih pada hujan dan bandara, aku memilih tetap tersenyum kepada mereka walaupun aku tahu saat ini aku memiliki alasan untuk membenci mereka.
Trima kasih hujan dan bandara, telah mengantarkanku atas kepergianku yang sementara. Karena aku tak mau lebih memberatkan diri dengan rasa kebencian dalam diri.