homesick = adj |
Tinggal jauh dari rumah ataupun keluarga pastinya tak akan pernah luput dari kata Homesick, atau keadaan dimana kita merindukan rumah dan keluarga. Tapi kali ini yang akan saya bahas bukan Homesick yang itu, yaitu Home-Sick yang saya artikan dengan Sakit Di Rumah !.
Ya! hampir genap satu bulan saya di rumah, menikmati liburan di rumah yang seharusnya penuh dengan kegembiraan dan kesenangan disambut oleh keluarga. Nyatanya berbeda, walaupun ada beberapa hal yang membuat saya senang liburan di rumah kali ini, seperti ulang tahun ayah, mengunjungi kota malang, dan menghabiskan waktu bersama keluarga tetapi ada juga yang membuat saya lemas tergeletak di kamar.
Berawal ketika saya di Melbourne, walaupun saya cukup sibuk tenggelam dengan berbagai aktivitas seperti kuliah, kerja, dan juga organisasi, namun saya jarang sekali merasakan sakit yang harus membuat saya istirahat lama di rumah. Bahkan sebelumnya ketika saya belum berangkat ke Melbourne bakal mengira bakal sering kambuh asma saya tapi ternyata salah, badan saya malah jadi gendut dan pipi jadi bergelambir, hehe. Tapi akhir-akhir ini saya cukup sering migren dan mimisan tiba-tiba *Muncul musik mendramatisir*, akhirnya kemarin coba tensi dan ternyata hasilnya saya ada kecenderungan darah tinggi *Musik Lebih mendramatisir*, dan dokter pun bilang saya punya alergi yang membuat saya cukup sering tiba tiba pilek dan dianjurkan foto rontgen.
Berlanjut ketika pilek itu datang terus menerus dan cukup mengganggu sampai membuat mata saya bengkak sebelah ! sedih sih setiap ngaca antara bingung kadar kegantengan saya nambah atau berkurang ya… ketika mata sudah cukup membaik datang selanjutnya batuk flu sampai saat saya menulis postingan ini. Tergeletak lemas di kamar membuat saya banyak merenung tentang memang mungkin inilah sebenarnya definisi Home-Sick yaitu Sakit yang kita dapatkan ketika Di rumah, dan juga merenungkan tentang adakalanya kita perlu banyak bersyukur ketika masih diberi kesehatan dan juga penyakit yang menghapuskan dosa mereka yang bisa sabar menerimanya.
Ditengah-tengah kegiatan dirumah yang kebanyakan hanya di kasur, ibu menceritakan sedikit curhatan tentang perasaan yang mungkin memang akan dirasakan semua orang tua. Curhatan saat ibuk yang cukup sering menangis ketika sendirian di rumah. ketika semua anak- anaknya sudah jauh-jauh atau bahkan sibuk sendiri. ketika banyak terlintas cerita cerita jaman dulu ketika rumah terasa asyik dan rame nggak cuma pas lebaran, ketika jaman-jaman apa apa harus sama ibuk.
Mbak Fir yang lagi sibuk sibuknya Co Ass di rumah sakit, yang berangkat pagi pulangnya malem, atau bahkan sampe nginep di rumah sakit. Dek vina yang kesibukannya juga banyak di kampus, nugas, dan beberapa acara di kampus. Saya sendiri yang jauh beda benua dan saya sadar saya yang jarang nelpon rumah atau ibuk. Adek Icha yang paling kecil yang mondok di salah satu pondok pesantren modern di Malang, hanya pulang ketika liburan. “Karena sekarang tinggal waktunya ayah sama ibuk berdoa buat semua anak-anaknya” kalimat yang menjadi penutup curhatan ibuk. Seketika banyak sekali hal-hal yang muncul dan terbayang di otak seperti ” Sudahkah saya melakukan hal yang terbaik untuk orang tua?”, ” Apakah saya sudah sering mengabari orang tua, nggak cuma pas butuh saja?”,” Sudahkah saya menyebut nama ayah dan ibuk di setiap doa saya?”.
Ya Allah Ya Rabb, berikanlah kemudahan bagi kami bintang-bintang ayah dan ibu untuk bisa membanggakan mereka di jalan kami yang berbeda-beda, berikanlah umur yang panjang agar kami bisa membahagiakan Ayah dan Ibu.