Jakarta, Maret 2019
Kedap, Tenggelamku pada waktuku memaknai diri
Tak sedikitpun suara mampu menembus gendang yang mungkin sedang meradang
Menikmati, ku dalam bait bait-bait monolog yang tak terucap
Tak ada peran, hanya peranku
Tak banyak kisah, hanya kisah-kisahku
Tatapanku yang kosong pada penumpang Lelah yang larut dalam tidurnya
Pada rintik hujan yang seakan menghipnotis diri
Atau pada jalanan Jakarta yang ramai, seramai apa yang ada di pikiranku
Namun bukan dihatiku
Bait-bait monolog dan percakapanku pada diriku sendiri,
Kudapati seakan merampas banyak porsi waktu yang kumiliki
Pada waktuku diatas kereta, waktuku menunggu, waktuku sendiri berselimut malam
Bukankah ini yang benar disebut “Me Time”
Menikmati waktuku hanya berbicara pada diriku sendiri
Berdialog dengan pikiran-pikiranku yang berkelut
Berdalih pada pertanyaan pertanyaan yang ku harap jawaban dapat kutemui padaku sendiri
Diriku, di antara segala yang belum sepenuhnya kupahami,
Terlalu cepat kupelajari dan terlampau lambat kumengerti.
Mencoba mengerti segala perasaan yang tiba-tiba kudapati
Kecewa ku datang dengan rindu
Jatuh hati ku harus dengan melepaskan
Dan pula sakit hatiku pun datang bersama duka
Atau aku terlalu melankolis barang kali, tak apa.
Biarkan saja. Mungkin ini efekku sedang berdewasa diri