Surabaya, Februari 2018.
Kali ini izinkan aku tuk bercerita tentang rasa yang akan selalu ku rindukan, yaitu perasaan untuk tetap berbagi walaupun hanya sebuah senyuman. Karena yang ku tahu berbagi adalah Bahasa nurani yang murni, asli dari hati tanpa ada kontaminasi dari sebuah ambisi. Ceritaku kali ini tentangku berbagi bukan hanya sekedar materi, namun pula motivasi sembari ku bertamasya ke tanah pelosok Jawa Tengah.
Pendidikan adalah hak semua orang, kemerdekaan Pendidikan adalah sesuatu yang pantasnya terus kita perjuangkan. Mirisnya, Pendidikan yang tidak merata di Indonesia selalu menjadi headline besar dalam permasalahan di Indonesia bersanding dengan isu-isu sosial yang mungkin tak kalah kritis. Lantas dengan hadirnya kegiatan Traveling and Teaching oleh komunitas 1000 Guru ini seakan menjadi panggilan untuk kita yang mempunyai kemauan dan kesempatan untuk sedikit membantu permasalahan di Indonesia. Mungkin kami yang selama ini hanya bisa peduli dan simpati masih belum bisa menemukan media kita untuk menyalurkannya atau turut berpartisipasi didalamnya.
Kegiatan 3 hari ini bermula dengan berkumpulnya kami para relawan dan panitia di kuil Sam Poo Kong di Semarang. Aku yang memulai perjalananku ke semarang dari sehari sebelumnya lantas bertemu dengan relawan yang lain untuk pertama kalinya. Lalu setelah berkumpul kami menempuh perjalanan kami ke Desa Cening, Kendal. Kembali meluruskan niat adalah hal yang selalu terngiang di sepanjang perjalanan, perjalanan yang berat untuk ditempuh. Jalan yang rusak dengan begitu banyak gronjalan-gronjalan, tikungan dan naik turun menjadi teman sepanjang perjalanan sembari mengira-ngira seperti apa desa tujuan kita. “Salah satu desa yang paling tertinggal di kota Kendal”, begitulah yang diutarakan pak supir mobil pick-up kami seakan menjadi justifikasi “tak heran mengapa” sesampainya kami di Desa Cening.
Hari pertama ini kami disibukan dengan perkenalan antar relawan dan juga guru-guru dari SDN 3 Cening, bertempat di salah satu kelas di SDN 3 Cening ini kami berkumpul, bersantap, mengajar, bahkan menganyam bulu mata (Tidur). Dilanjut dengan persiapan dari kami untuk kegiatan yang ditunggu-tunggu esok hari, yaitu mengajar di SDN 3 Cening ini!, kami mempersiapkan hadiah, Name tag mahkota, games, dan aktivitas seru yang akan kami sediakan untuk adek-adek di SDN 3 Cening keesokan hari.
Keesokan harinya, suara aliran sungai seakan melengkapi sinar matahari yang masih sejajar dengan mata, begitu menyenangkan rasanya ketika bangun pagi hari disambut oleh indahnya pemandangan dan suara aliran sungai. Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu, mengajar adek-adek yang sudah mengumpul beramai-ramai di lapangan untuk apel pagi. Kegiatan diawali dengan Ice-breaking seru untuk menghilangkan batasan (Jaim) antara kakak-kakak dan adek-adeknya.
“Cita-cita dan kepahlawanan” menjadi materi pembelajaran kita kali ini, menyadari begitu pentingnya merajut cita-cita dari kecil walaupun terdengar sangat klise namun yang kutemukan tak ada salahnya kami membantu adek-adeknya untuk merajut cita-cita dan mimpi, karena kata Nidji “Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukan dunia”.
Diawali dengan perkenalan dan menuliskan cita-cita masing-masing di name-tag mahkota, menjadi awal mula bagaimana ruangan kelas 6 menjadi saksi tentang mimpi-mimpi yang terbangun oleh hati yang kecil. Menjadi Polwan, menjadi guru, menjadi pemain sepak bola, menjadi dokter tertulis rapih di sepucuk kertas dan tertempel di pohon impian, namun biarkan tanah pertiwi pula menjadi saksi akan buih-buih mimpi yang mungkin menjadi janji, bahwa kelak nanti di tangan mereka lah negeri ini bersandar, negeri ini akan tumbuh mekar. Karenanya sampaikan mimpi-mimpi mu agar orang lain dan Ibu Pertiwi mampu turut mengiri doa dalam setiap langkahmu menjemputnya.
Kegiatan dilanjutkan dengan penyuluhan gosok gigi bersama, dan perbincangan heart to heart dengan adek-adek di SDN 3 Cening. Perbincangan dari hati ke hati yang lagi-lagi tentang mimpi dan masa depan, tentang berbagi pengalaman dan kisah hingga tanpa ku sadari bahwa sebenarnya kami lah yang begitu banyak belajar dari adek-adeknya, justru kami yang sepantasnya termotivasi dengan cerita-cerita dan jawaban mereka. Bahwa dengan “privilege” yang kita dapat selama ini bukan seharusnya dengan sikap “Take it for granted” yang sepantasnya kita tanggapi, kalau mampu kita bandingkan dengan segala hal yang belum bisa mereka dapatkan di SDN 3 Cening ini. Lagi-lagi bersyukur adalah jawabannya.
Ditengah-tengah kegiatan, waktu istirahat, aku sempatkan untuk berbincang dengan salah satu guru di SDN 3 Cening, beliaulah satu satunya ibu guru yang namanya selalu tersebut ketika pertanyaan “siapa guru yang bakal kalian kangengin?”. Pertanyaanku sederhana, hanya bagaimana cara Ibu membuat ibu bisa jadi guru favorit anak-anak. Jawabannya pun sederhana, sesederhana penjelasan bahwa beliau adalah satu-satunya sosok IBU di sekolah namun yang ku perhatikan bukanlah jawaban beliau, yang ku perhatikan adalah raut wajah sebuah ke ikhlasan, raut wajah sebuah pengorbanan yang terpancar. Tak bisa dipungkiri perjalanan guru-guru yang mengajar di SDN ini bisa dibilang tak mudah, namun keihklasan mereka serta kegigihan atas rasa untuk selalu berbagi menjadi dasar atas semua pengorbanannya.
Waktu menunjukkan 7.30, ketika banyak warga ramai berkumpul di depan panggung, pentas seni adalah jadwal kita selanjutnya, tak disangka adek-adek SDN 3 Cening ini sudah mempersiapkan hadiah special untuk kita yaitu beberapa penampilan yang bisa dibilang sangat keren yang dengat waktu latihan hanya satu minggu. Berbagai penampilan mulai dari tari tradisional, tari modern, menari bersama diiringi lagu “Maumere”, serta drama komedi tradisional kecil-kecilan (lupa namanya). Malam yang begitu menyenangkan melihat kegembiraan terpancar dari wajah-wajah adek-adeknya serta warga dan orang tua mereka. Seusai penampilan pentas seni dari adek-adeknya, acara dilanjutkan dengan bernyanyi bersama yang pada saat itu genrenya adalah dangdut. Sayang, Jaran Goyang, Bojo Galak, dll menjadi list lagu yang mengahiri kegiatan kita hari itu, keseruan menyanyi dan jogerd bareng juga menjadi penutup malam kita.
Hari ketiga, hari terkahir kami di Desa Cening, hari ini memang dikhusukan untuk kami traveling. Tujuan kami hari ini adalah Curug Glawe yang akan kita tempuh dengan jalan kaki. Sebelumnya pagi-pagi kami pemanasan dengan senam pagi, sebelum harus tracking menuju tempat tujuan. Perjalanan menuju Curug Glawe bisa dibilang cukup jauh untuk ukuran jalan kaki, tanjakan dan lumpur tak jarang ditemui sepanjang jalan, walaupun begitu perjalanan jadi asyik kalo ditempuh dengan orang-orang yang asyik.
Keseruan bermain dan bersantai dibawah air terjun sambal menikmati pemandangan harus kami sudahi ketika waktu mengingatkan kita untuk kembali dan berberes diri sebelum meninggalkan Desa Cening. Sebelum kembali, waktu kami sisihkan untuk menyampaikan pesan dan kesan kami selama mengikuti kegiatan TNT12 ini, tak lupa menukar kado dengan sahabat selamanya yang sudah ditentukan dari hari pertama perkenalan.
Begitu menyenangkan, begitu mengharukan. Pertemuanku dengan teman-teman yang hebat, yang memiliki passion untuk berbagi, yang punya semangat untuk bertindak langsung. Yang selain membangun mimpi adek-adek juga mewujudkan mimpi Indonesia untuk tetap berkembang. Terima Kasih kakak-kakak keren atas 3 hari bersama yang menyenangkan yang ceritanya tak akan habis termakan waktu, karena akan tetap tersimpan dalam kenangan dan tulisan ini.
Terima kasih pula untuk adek-adekku di SDN 3 Cening yang mengajarkanku begitu banyak hal, tentang kemurnian berbagi, tentang bersyukur, tentang keceriaan, dan tentang semangat meraih mimpi. Doaku untuk adek-adekku pengejar mimpi semoga kalian mampu menjadi penerus negeri ini, yang bertahta tanpa memandang harta, yang tetap ber-asa tanpa menghiraukan yang Kuasa, yang berambisi tanpa mengesampingkan nurani, yang berpengaruh bukan dengan pikiran keruh, yang berbakti dengan sepenuh hati.
Terima kasih untuk kalian semua yang mengingatkanku bahwa untuk menjadi bahagia adalah sederhana, sesederhana mengutarakan rasa rinduku akan berbagi. Semoga dilain waktu aka nada kesempatan lain untukku berbagi dengan adek-adek yang lain di belahan pedalaman nusantara yang lain.
Courtesy Photos: Mas Luki (Fotografer TNT 12)