Apa Salahnya Mendapatkan Privilege?

Surabaya, 28 Mei 2020

Jadi, akhir-akhir ini muncul terus di kepala perihal ini, walaupun sebenernya topik ini udah sering banget jadi perdebatan di social media khususnya twitter kayaknya tetep ngga ketemu ujungnya. Tapi karena mungkin itu sifatnya relatif ya setiap orang bisa punya jawaban dan alasannya masing-masing tentang apakah Privilege itu hal yang baik atau buruk dan sepatuhnya kah orang yang sudah mendapatkan privilege lebih dari yang lainnya pantas untuk menunjukkan kesuksesannya? (Walaupun sebenernya kesuksesannya yang terekspos, netizen yang mengartikannya menyombongkannya).

Apa itu Privilege?

Oh ya buat yang belum ngerti apasih sebenernya privilege itu? ini menurut google translate ya

Privilege adalah hak istimewa, hak yang kita dapatkan tanpa kita minta. Bentuknya pun bermacam-macam, tapi paling sering dikaitkan dengan privilege kecantikan (Beauty Privilege), Kekayaan atau misal anaknya ini, anaknya itu, atau pendidikan (yang bisa sekolah di sekolah swasta/ internasyionel, atau yang bisa sekolah di luar negeri). Tapi sebenernya privilege itu lebih luas dari itu, seperti lingkungan kita dilahirkan dan dibesarkan, kita dilahirkan dari keluarga seperti apa, cara asuh keluarga bahkan sampai cara berfikir orang tua dan keluarga yang mempengaruhi kita.

Sebenernya topik ini muncul lagi mungkin ketika melihat sosok cantik dan pinter Maudy Ayunda yang berhasil diterima di kampus2 unggulan internasional, Atau ketika Mbak Putri Tanjung yang mencoba menginspirasi anak muda di Indonesia untuk berkreasi dan berbisnis. Sebagian orang pun banyak yang memuji dan ikut bahagia atas kesuksesan mereka. Tapi juga banyak yang akhirnya malah nyinyir dan bilang “Jelas aja kan mereka punya privilege lebih”. Dari komentar-komentar itu yang akhirnya membuat stigma seakan-akan mereka yang sukses dan dari privileged background ndak pantas untuk berbagi, bersumbang sih, berkontribusi untuk masyarakat atau bahkan sekedar memotivasi orang lain.

Privilege adalah salah satu faktor kesuksesan seseorang

Jadi sebulan lalu saya nyoba baca buku yang sudah lama saya beli tapi belum sempet kebaca. Buku bestsellers dari Malcolm Gladwell yang judulnya “Outliers”. Buku ini emang ngebahas faktor- faktor yang membuat orang sukses. Dan ternyata di bab pertama yang dibahas adalah tentang Privilege ini. Karena menurut riset pun, ngga bisa dipungkiri Privilege pun menjadi salah satu faktor utama kesuksesan seseorang. Kalo di bukunya pun dibahas tentang cerita dari Chris Langan yang punya IQ super genius dan tinggi (195) tapi tinggal di lingkungan yang broken home dan miskin dan gagal dalam kehidupannya dibandingkan denga seorang Profesor yang memiliki IQ yang sama tapi terlahir dari keluarga yang kaya dan berkecukupan. Bisa disimpulkan seperti yang saya bilang diatas, kalo privilege sebenernya bentuknya bisa bermacam-macam termasuk lingkungan kita dibesarkan, cara kita dibesarkan bahkan sampai budaya, kebiasaan, cara berfikir masyarakat tempat kita tinggal dan kesempatan yang datang ke kita dan yang sifatnya kita tidak punya kekuatan penuh untuk merubah keadannya.

Walaupun sebenernya, selain Privilege ada banyak faktor lain yang mempengaruhi kesuksesan orang seperti Hukum 10.000 Jam. Dimana keahlian akan didapatkan ketika kita terus menerus berlatih. Tapi ngga bisa dipungkiri Privilege juga jadi salah satu faktor terbesar kesuksesan seseorang.

Perjalanan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya berbeda-beda

Akhirnya topik ini pun berlanjut di diskusi saya dengan dek Vina ngebahas dari sisi psikologi. Nah akhirnya muncullah pertanyaan, Kenapa kok kebanyakan orang-orang dengan privileged background tendency lebih suka berbagi, selalu berusaha membuat impact yang besar untuk lingkungan lebih besar. Dan jawabannya ada di Maslow’s Hierarchy of Needs.

Buat yang belum tau apa itu Maslow Hirearchy bisa cek disini ya.
Jadi seperti yang bisa kita liat diatas manusia pada umumnya memiliki tingkatan kebutuhan yang perlu dicapai. Mulai dari tingkatan paling bawah dan paling mendasar seperti kebutuhan primer atau utama untuk hidup sampai paling atas adalah kebutuhan akan penghargaan dan pengakuan (Esteem) hingga aktualisasi diri.

Mereka yang mendapatkan privilege mungkin tingkatan kebutuhan yang dibawah sudah banyak terpenuhi jadi mereka hanya akan terfokus pada kebutuhan-kebutuhan diatasnya termasuk kebutuhan akan penghargaan dan pengakuan. Sedangkan, mereka yang belum mendapatkan previlege, perjalanan dan perjuangan mereka akan dimulai dari memenuuhi kebutuhan paling bawah. Perjalanan dan perjuangan yang berbeda bisa mempengaruhi output masing-masing orang.

Tapi bukan berarti yang belum mendapatkan privilege jadi ngga bisa sukses yaa, Banyak kok contoh cerita sukses dari orang-orang yang berjuang dari awal. Salah satunya Jack MA. Sebelum sukses jadi milarder seperti sekarang ini, Jack Ma cuma seorang guru miskin sekaligus penerjemah bahasa Inggris. Kerja kerasnya lah yang ngebuat ia bisa memberikan privilege kepada keturunannya.

Pada akhirnya, kita juga bisa membangun privilege sendiri

Begitu juga dengan kita, jika orang tua belum bisa memberikan itu, maka berusahalah untuk membangun privilege untuk diri sendiri dan keturunan kita kelak. Kita bisa memulai membangun privilege tersebut dengan mengubah pola pikir kitakeluar dari zona nyaman, menciptakan lingkungan yang positif dan mendukung kita.

Terakhir, Sambil muhasabah diri juga. Kalau saya melihat diri sendiri tentunya saya merasa ada banyak privilege yang saya sudah dapatkan termasuk yang terbesar adalah bisa kuliah di luar negeri. Dan tentunya privilege – privilege ini yang seharusnya mengingatkan saya untuk terus bersyukur dan juga ngga take it for granted. Dan ini yang ngebuat saya pengen banget bisa banyak membantu, memberi dampak untuk orang lain dan lingkungan. Buat temen- temen yang juga menyadari atas privilege yang kita punya, yuk sama – sama kita memanfaatkan apa yang sudah kita dapat untuk jadi bermanfaat untuk yang lain juga.

Tags: