
Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan melakukan perjalanan ke Uzbekistan, sebuah pengalaman yang membawa banyak kesan mendalam. Uzbekistan adalah negeri yang kaya akan sejarah, budaya, dan tentu saja, ilmu pengetahuan. Selama perjalanan, saya mengunjungi beberapa kota bersejarah yang masing-masing punya keunikan dan kekuatan ceritanya sendiri, di antaranya:
- Bukhoro: Kota tua ini menjadi saksi bisu kejayaan peradaban Islam. Di sini saya mengunjungi:
- Makam Imam Bukhari, ulama besar yang karyanya, Shahih Bukhari, menjadi rujukan utama dalam dunia Islam.
- Ark Fortress, benteng kuno yang dulunya pusat pemerintahan raja-raja Bukhoro, berdiri megah menunjukkan kekuatan dan kemegahan masa lampau.
- Kompleks Madrasah Tua, tempat para pelajar dari berbagai belahan dunia Islam dahulu menuntut ilmu.
- Samarkand: Kota ini pernah menjadi ibu kota kekaisaran besar di bawah kepemimpinan Amir Timur. Setiap sudut Samarkand, seperti Registan Square yang megah, memancarkan aura keemasan peradaban Islam, dari seni, ilmu, hingga kekuasaan.
- Tashkent: Ibu kota modern Uzbekistan yang kini menjadi pusat pemerintahan dan perkembangan ekonomi negara. Meski sudah modern, Tashkent tetap menjaga nuansa sejarah melalui museum-museum, monumen bersejarah, dan taman kota yang tertata rapi.
Perjalanan ini bukan hanya menyenangkan secara visual, tapi juga memperkaya batin saya, seolah-olah saya sedang berjalan di antara potongan-potongan besar sejarah yang hidup kembali.

Saat berada di Uzbekistan, saya benar-benar bisa merasakan betapa negara ini pernah menjadi pusat peradaban dunia. Masa lalu yang gemilang itu tidak hanya bisa dilihat dari bangunan-bangunan megah seperti madrasah, masjid, observatorium, atau pasar-pasar kuno, tapi juga terasa dari semangat yang dulu pernah menghidupinya. Uzbekistan adalah tanah kelahiran banyak ilmuwan Islam besar, tempat di mana ilmu pengetahuan, sains, kesenian, dan budaya dihargai setinggi-tingginya. Pada masa itu, belajar bukan hanya soal mendapatkan gelar, tapi menjadi bagian dari pergerakan besar untuk mencari kebenaran, menyingkap rahasia alam semesta, dan memperbaiki kehidupan manusia. Kota-kota seperti Bukhoro dan Samarkand adalah magnet intelektual, menarik para pemikir, peneliti, dan seniman dari berbagai penjuru dunia Islam untuk bertemu, berdiskusi, dan berinovasi. Ada rasa kagum sekaligus haru membayangkan betapa hidupnya semangat keilmuan di masa itu, di tempat-tempat yang kini menjadi saksi bisu kejayaan yang sempat terlupakan.
Beberapa nama besar dari tanah ini tetap menggema hingga kini:
- Al-Khwarizmi: Memperkenalkan konsep aljabar, pondasi dari matematika modern.
- Al-Biruni: Ilmuwan multidisipliner yang menulis tentang astronomi, fisika, geografi, dan sejarah, bahkan menghitung radius bumi dengan presisi luar biasa.
- Ibn Sina (Avicenna): Lewat karyanya The Canon of Medicine, menjadi rujukan utama dunia kedokteran selama lebih dari 500 tahun di dunia Islam dan Barat.
- Ulugh Beg: Cucu Amir Timur, seorang raja astronom yang membangun observatorium Samarkand, menciptakan peta bintang akurat jauh sebelum teleskop ditemukan.
Para ilmuwan ini adalah bukti nyata bahwa Uzbekistan pernah menjadi pusat kebangkitan ilmu pengetahuan dunia.












Dalam perjalanan ini, saya juga merenungkan sosok Amir Timur.sosok yang namanya begitu melekat dengan Uzbekistan. Banyak orang mengenal Amir Timur sebagai penakluk besar yang membangun imperium raksasa, tapi setelah berjalan di jalan-jalan Samarkand, saya menyadari sisi lain dari dirinya seperti ;
- Amir Timur bukan hanya memperluas wilayah, tapi juga membangun pusat peradaban ilmu dan seni.
- Ia mengundang ilmuwan, arsitek, seniman, dan cendekiawan dari berbagai penjuru dunia untuk menghidupkan Samarkand.
- Baginya, kejayaan sejati bukan hanya tentang kekuasaan, tapi tentang keberlanjutan budaya dan ilmu pengetahuan.
Dari perjalanan ini, ada beberapa pelajaran penting yang menurut saya bisa menjadi oleh-oleh yang lebih berharga daripada sekedar souvenir yang bisa kita bawa:
- Kekuatan sejati suatu bangsa lahir dari ilmu pengetahuan dan budaya, bukan hanya kekuatan militer.
- Belajar dan mencari ilmu adalah tanggung jawab setiap individu. Dengan ketekunan dan rasa ingin tahu, karya besar bisa lahir dan mengubah dunia.
- Sejarah ditulis oleh pemenang, dan kontribusi besar dunia Islam terhadap ilmu sering kali terabaikan. Ini bukan alasan untuk berkecil hati, tapi dorongan untuk terus membanggakan dan menghidupkan kembali warisan keilmuan kita.
Akhirnya, perjalanan ke Uzbekistan ini mengingatkan saya bahwa sejarah bukanlah cerita masa lalu, melainkan sumber inspirasi yang hidup.
Dari jejak para ilmuwan Islam, dari kemegahan Samarkand dan Bukhoro, saya belajar untuk terus:
- Menyalakan semangat belajar,
- Memperluas wawasan,
- Bermimpi besar.
Karena seperti para ilmuwan itu, siapa tahu, dari upaya kecil kita hari ini, akan lahir perubahan besar untuk masa depan.
“Seeker after truth is not one who studies philosophy in order to boast before the world, but one who seeks the truth for the sake of truth itself.”
— Ibn SinaYang artinya seperti ; “Pencari kebenaran bukanlah orang yang mempelajari filsafat untuk membanggakan diri di depan dunia, melainkan yang mencari kebenaran demi kebenaran itu sendiri.”
Untuk teman-teman yang ingin merasakan pengalaman luar biasa mengunjungi dan menapak tilas sejarah Islam di Uzbekistan bisa menghubungi saya atau lewat Cheria Holiday Surabaya atau bisa di klik di sini.