11 Januari 2018,
Diatas Pesawat,
11 Oktober 2015, tepat 2 tahun 3 bulan aku merantau ke tanah kangguru ini. Kali ini, jadwal penerbanganku seakan berlomba dengan matahari terbit, begitu pagi. Pukul 7.30 pagi waktu Melbourne, begitu tulisan yang tertera di lembaran memanjang kesamping Boarding pass. Begitu berat rasanya, entahlah apakah ini begitu cepat rasanya ataukah begitulah seharusnya, aku yang masih bingung lantas dengan apakah tolak ukur sebuah waktu, apakah hanya dengan waktu, dengan jumlah teman, dengan intensitas sebuah hubungan, ataukah dengan keproduktifan diri?.
Hari ini aku kembali, mengakhiri perjalananku di kota yang menyimpan begitu banyak kenangan. Mengakhiri subbab lain dari buku perjalanan hidupku ini. Perjalanan lain yang tak terasa hari ini aku sudah menginjakkan kakiku di penghujugnya. Seketika ditengah monolog-monolog diri ini, seakan tak menghiraukan pramugari yang berlalu Lalang, orang-orang yang mengantri untuk toilet, diri ini kembali tertarik ke masa lalu awal mula perjalananku ini.
Teringat semuanya berawal dari sebuah keinginan, atau mimpi untuk bisa kuliah di luar negri, tepatnya di Monash University, bergabung dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia. Aku yang tak tahu-menahu tentang suasana kota Melbourne, tentang kehidupan di Australia dengan terpaksa memberanikan diri untuk melangkahkan kaki sendiri terbang ke Melbourne. Penerbangan pertamaku ke luar negri, bahkan ke benua lain sendiri. Memulai segalanya sampai akhirnya hadirlah kesempatanku untuk bisa bergabung dengan PPIA Monash. Dari situ aku yang mulai menemukan kenyamanan dan teman-teman baru, keluarga baru sampai akhirnya dengan percaya diri mengambil banyak kesempatan lain, mulai dari bekerja part-time job, sibuk dengan PPIA Monash maupun pusat, dan juga bergabung dengan keluarga PASKIBRA Melbourne. Begitu banyak kenangan, begitu banyak cerita, dan pula begitu banyak emosi.
Coventry Street, Swanston, Elizabeth, Collins, Bourke Street dan semua yang akrab telah menjadi rute sehari-harinya. Ditengah kesibukan persiapan pulang, tak jarang ku sempatkan menghabiskan sisa sisa waktu ku sekedar menyendiri, menyusuri setiap langkah yang penuh kenangan, berkontemplasi mengarang monolog-monolog dalam pikiran. Pikiranku seakan kembali mengingat Quote indah dari buku Titik Nol nya kak Agustinus Wibowo bahwa “ Perjalanan adalah melihat rumah sendiri layaknya pengunjung yang penuh rasa ingin tahu, adalah menemukan diri sendiri dari sudut yang selalu baru, adalah menyadari bahwa Titik Nol bukan berarti berhenti di situ. Kita semua adalah kawan seperjalanan, rekan seperjuangan yang berangkat dari Titik Nol, kembali ke Titik Nol. Titik nol dan titik akhir itu ternyata adalah titik yang sama. Tiada awal, tiada akhir. Yang ada adalah lingkaran sempurna, tanpa sudut tanpa batas. Kita jauh melanglang sesungguhnya hanya untuk kembali.”. Disini juga lah aku menemukan banyak keluarga baru, yang berjuang Bersama, merantau Bersama, belajar Bersama, menghabiskan waktu Bersama karena kita semua adalah kawan seperjalanan, rekan seperjuangan yang berangkat dari titik nol kita masing-masing. Sedih ketika harus berpisah dengan semuanya, sebagian dari mereka ada yang menetap, sebagian masih berjuang, sebagian pula kembali ke tanah air dan mengadu nasib di tanah pertiwi. Karena kita akan kembali ke jalan kita masing-masing, kita hanya bertemu dalam persimpangan yang mereka sebut “Melbourne”.
Aku fikir begitulah siklus sebuah perjalanan, kau akan menemukan yang baru ketika kau berpisah, ketika kau memulai yang baru. Kata mereka kehidupan laksana sungai panjang yang mengalir tanpa henti. Kita, manusia adalah sosok-sosok penumpang yang naik kapal di satu titik, turut berlayar, lalu turun di tempat lain. Beberapa penumpang turun, beberapa penumpang naik. Sungai terus mengalir, kapal terus berlayar, penumpang datang dan pergi. Perjalanan ku masih begitu jauh, akan ada banyak subbab subbab baru yang belum aku temukan. Entah di belahan dunia yang lain, entah di musim yang lain, entah di kesempatan yang lain. “LIFE GOES ON !” kata sebuah lagu rekomendasi seorang teman dipenghujung perpisahanku dengan kota Melbourne.
Berbicara tentang perjalanan, tak terasa sudah hamper 9 tahun aku menyusuri perjalanan yang berbeda. Berawal ketika merantau waktu MTs (SMP) ke Solo Jawa Tengah, MAN (SMA) di Malang Jawa Timur, hingga terbang jauh ke ranah 4 musim, Australia. Masing-masing membawa cerita, masing-masing mempertemukanku dengan teman-teman baru. Masih aka nada perjalanan lain yang akan aku laju, dengan pengalaman baru dan petualangan baru.