Monash Clayton, 25 Oktober 2017
Tepat ditengah- tengah seremoni wisuda pagi ini, muncul rentetan monolog-monolog berupa dialog diri yang sibuk mempertanyakan epilog lembaran kisah perjalanan di Melbourne. Tak jarang kuamati ada perubahan besar di hari-hari ini. Satu persatu temanku pergi, satu persatu sibuk mengawali sebuah fase mereka yang baru. Akhir-akhir ini ku menyaksikan setiap orang yang sedang berusaha memulai fase baru dalam hidupnya. Tampak senyuman symbol kebahagiaan tersirat dari wajahnya, mereka terlihat mempesona dengan kebanggan yang terletak pada symbol sebuah kelulusan. Teringat pagi ini matahari pun belum terbangun ketika tubuh ini sudah bersiap mendandani diri, begitu semangat untuk sekedar melewati hari ini. Entahlah begitu semangat ingin mengucapkan sebuah kata selamat atas keberhasilan mereka. Aku tau, perjalananku belum selesai, tanggung jawabku belumlah usai. Namun tak ada salahnya kan kata selamat itu menjadi pelengkap kegembiraan mereka?
Percayalah, akan ada suatu titik ketika kita akan menyadari bahwa perubahan adalah sebuah keniscayaan. Ketika kita akan mengagungkan waktu meyakinkan diri bahwa tiada kata memulai tanpa sebuah usai, bahwa setiap pertemuan adalah fondasi sebuah perpisahan. Ada interaksi yang berubah dan memang harus berubah. Ada hal-hal baru yang berbeda dengan ketika kita menjalani jalan kita sendiri. Biarkan aku mengamati perubahan dari teman-temanku dan mereka kan melihatku berubah. Karena tak selamanya kita berharap laut kan seterusnya pasang.
Yang mungkin dulu tak jarang sibuk menggosipkan salah satu dari mereka dan yang lain atau sekedar membicarakan jodoh yang kita bahkan tak tahu menahu jadinya, hingga akhirnya nanti kelak tak jarang kutemui mereka dengan pendampingnya menyebarkan undangan. Yang mungkin dulu tak sedikit mimpi-mimpi yang terlontarkan, hingga nanti kan ku jumpai mereka dengan kisah barunya yang taka da habisnya tuk diceritakan. Yang mungkin dulu mudah bagi kita tuk mengatur waktu untuk bermain atau sekedar bertemu, hingga kelak hanya waktu yang bisa mempertemukan.
Yasudahlahh,
Klisye ku bilang, ketika diri selalu bersedih dalam setiap pertemuan dengan perpisahan, berlarut-larut menjelajahi lagu-lagu perihal perpisahan. Ketika kulihat keseliling bahwa masih banyak gunung yang belum kita lewati, hidup terlalu singkat ketika kau terlalu asyik terhanyut dalam kesedihan. Tak elok rasanya jika ku terus menerus menyalahkan waktu, tak bijak diri memanfaatkannya.
Teruntuk kalian yang sedang berbahagia,
Kuatkan hati, mantapkan tekad, pada setiap langkah yang diambil akan jadi penentu dijalan hidupmu demi meraih kesuksesan dimasa yang akan datang. Mantapkan kakimu dalam setiap langkah, taklukan perjalanan baru mu Satu langkah menuju mimpi berikutnya kan kudoakan kau selalu agar kau mampu taklukan mimpi indahmu.
Trima Kasih telah mengisi hari hari ku dalam fase ini, membantuku mengusir kerinduan dan menjadikan kalian rumah sementara ku. Semoga akan ku temui persimpangan-persimpangan dalam perjalanan kita kelak nanti.