Melbourne, 25 Juni 2017
Ini adalah cerita tentang anak-anak rantau yang menemukan rumahnya kembali, bukan, tentu bukan rumah tempat mereka memulai perjalanan mereka. Adalah rumah kedua, rumah yang dengan sederhana kita bangun, dengan dasar saling mengerti bahwa kita sama-sama jauh dari rumah, sedang menyusuri perjalanan kita sebagai anak rantau. “Home isn’t somewhere you came from, it is somewhere you make for”. Karena ketika jauh dari rumah, akan selalu ada mereka yang menggantikan untuk menjadi rumah kedua. Ingat pepatah dari Imam Syafi’i? Beliau menyampaikan “Merantaulah, kau akan mendapat pengganti kerabat dan teman. Dan berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah Lelah berjuang”, dengan merantau kita akan menemukan keruabat dan keluarga yang baru, di tempat yang tentunya baru untuk kita.
Berawal dari pertemuan kita dalam sebuah organisasi pelajar kampus, berlanjut ketika hati sudah merasa nyaman dan menemukan rumahnya. Logan Hall kamar 611, menjadi tempat yang super duper nyaman buat kita ngumpul, walaupun tempatnya di clayton lebih tepatnya di Dorm kampus Monash Uni, which is sejauh 45-60 menit perjalanan dari rumah di CBD, tapi rasanya kalo udah kesana, udah menemukan kenyamanan dan ngerasa worth it buat di tempuh perjalanan segitu jauhnya. Nggak heran walauupun ada kelas pagi keesokan hari, 1 jam perjalanan pun siap dilalui demi bertemu dan ngumpul bareng orang-orang super absurd ini.
Walaupun kamar hanya sebesar studio room, tapi kamar 611 Logan hall berhasil menyimpan banyak kenangan, mulai dari kenangan yang seru, rame, senang, sedih, takut. Mulai dari asyiknya kumpul-kumpul bareng, susahnya ngerjain tugas dan belajar buat exam bareng, senengnya ngerayain dan surprise in temen bareng-bareng, senengnya berbagi makanan dan masak rame-rame, nonton film bareng, sekedar main PS bareng atau bahkan takutnya ketika ada temen yang tiba-tiba pingsan. Tentunya nggak ada habis-habisnya kalau harus menceritakan satu demi satu cerita dan kenangan, atau bahkan menceritakan seorang demi seorang keluarga kedua ini.
Cerita yang paling berhasil menyentuh hati adalah ketika baru baru ini, Melbourne sedang dalam perubahan cuaca, kerap dingin menyelimuti Melbourne, 8-15 Derajat Celcius adalah tantangan orang puasa yang cukup berat. Pada hari itu pula mendung sedang menyelimuti hati dan pikiran ini. Galau istilahnya, ketika hati kecewa atas suatu keadaan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Manusia boleh berharap, tapi semua adalah kehendak tuhan. Jadi, ketika fisik dan mental sedang dilanda mendung dan badai, datanglah waktu ketika diri ini jatuh tergeletak di tengah-tengah koridor Dorm. Dan seketika semuanya bingung dan langsung menggotong ke kamar, Semuanya cemas dan bingung (Pastinya) dan Dipanggil lah Paramedic Bersama ambulance datang ke kamar 611. Entahlah, antara sedih ketika harus merepotkan mereka, tapi senang ketika tau mereka semua care apapun keadaan kita. Akhirnya mereka juga yang bergantian merawat, mulai dari jagain tidur, masakin makanan, masakin bubur, nyuapin makan, ataupun sekedar ngasih Quotes-quotes motivasional. Mereka memang terbaik.
Cerita lainnya adalah cerita tentang aku yang begitu excited menyambut hari besar yang ditunggu-tunggu yaitu Lebaran Idul- Fitri. Tapi sayangnya sedih pula tak senggan datang mengingatkan bahwa lebaran kali ini aku tak bisa berkumpul dengan keluarga di rumah, 3000 Mil jauh dari rumah. Rasa sedih ini tak senggan aku sampaikan ke temen-temen yang masih stay di Melbourne dan dengan nggak sengaja nyeletuk “masak opor yuk, biar kerasa Lebaran-Vibe nya”. Entahah, hanya celetukan kecil yang terucap, aku bahkan meralat perkataan itu, ketika menyadari kalau itu hanya menyusahkan mereka, Karena aku tau bahkan tak banyak dari kita yang merayakannya. Begitu senangnya ketika mereka justru meng-iyakan tawaran dan mereka juga sama excitednya untuk meramaikan hari lebaran kita. Dimulai dari kegiatan takbiran kita yaitu sleepover di rumah, tentunya semua belanjaan sudah mereka siapkan dan malam kita mulai menyicil beberapa yang bisa kita siapkan untuk masak ke esokan harinya. Dan datanglah hari idul Fitri, ketika harus mempersiapkan diri dari jam 5.30 ketika langit belum menampakkan sedikitpun goresan fajar, lalu kita jalan lah kita menuju tempat diselenggarakannya sholat Idul Fitri yaitu di University of Melbourne. Nggak begitu jauh dari rumah, Karena berhubung salah satu dari kita menawarkan untuk berangkat bareng naik mobil. Setelah Sholat dan mencicipi makanan yang sudah disediakan oleh panitia, yang kebetulan masakannya adalah ketupat lontong sayur dan gorengan-gorengan. Cukup memuaskan diri, Karena mungkin masakannya disiapkan untuk kita orang-orang Indo yang kangen masakan lebaran di Indonesia. Kegiatan Berlanjut dengan kembali ke rumah dan masak Bersama!!!!. Menu masakan kita kali ini adalah Opor, Rendang, Buncis, dan telor Balado. Lalu dilanjut dengan makan, foto-foto dan nonton bareng, karaoke bareng dan nggak lupa juga beberapa dari kita juga harus berangkat ke Gereja untuk beribadah di sore harinya.
Entahlah, bukan isi cerita dari kegiatan lebaran kali ini yang ku rasa special, Karena jujur lebaran disini terasa seperti yaaa Cuma hari itu saja. Besok harus kembali ke realita, besok masih harus kelas, besok masih harus kerja. Berbeda ketika di Indonesia, lebaran terasa begitu menyenangkan, selain bisa meluangkan waktu berkumpul Bersama keluarga, serta liburannya yang cukup lama yang mengizinkan diri untuk beristirahat sejenak. Sedih ketika memang harus menyadari lebaran harus jauh dari keluarga, ketika menjadi satu-satunya yang nggak bisa ikut kumpul Bersama keluarga. Tapi waktu mengingat lebaran kali diramaikan dengan kehadiran mereka, yang menyentuh juga ketika menyadari nggak semua dari mereka merayakan hari besar ini, mereka yang rela jauh-jauh 1 jam perjalanan dari clayton, nginep, masakin atau sekedar meramaikan adalah hal yang special dari lebaran kali ini. Mungkin aku boleh sedih lebaran kali ini jauh dari rumah, tapi harus disadari juga lebaran kali ini aku Bersama rumah kedua, mereka yang begitu perhatiannya mau meluangkan waktu untuk meramaikan. Mereka memang terbaik.
Mereka lah yang pantas ku beri gelar rumah kedua ku disini. Dengan ucapan kata sayang yang mungkin tak ku dengar dengan kata-kata langsung yang terucap. Rasa perhatian yang mungkin tak terukir dalam kata. Karena hanya membutuhkan hati yang terbuka untuk menyadarinya. Tentu kalimat penutup di tulisan ini bukan menjadi penutup cerita-cerita kita, Karena mungkin perjalanan-perjalanan kita masih jauh. Entah dengan jalan kita masing-masing kita akan menulis cerita kita masing-masing. Namun goresan cerita bersama lah yang akan menjadi goresan cerita yang sama dalam lembar-lembar buku kita, yang mungkin kelak akan membuat kita tersenyum ketika buku perjalanan ini sudah tebal, ketika menyadari begitu senangnya melihat buku kita pernah diwarnai oleh cerita kita Bersama.