Minggu-minggu yang cukup melelahkan, begitu banyak sambatan yang rasanya ingin keluar dari mulut saya. Menjadi melankolis, benar-benar melankolis yang saya rasakan. Kebingungan kebingungan yang selalu berujung pada memaksa menyalahkan diri yang akan tumbuh dewasa. Dewasa yang tak luput dari permasalahan waktu, tanggung jawab, diri sendiri baik secara fisik atau batin. Membuat diri banyak terjebak dalam lamunan, berfikir, berfikir, dan berfikir.
Saya yang seharusnya mengerti bahwa hidup adalah sebuah pilihan, opportunity cost kalau Bahasa ekonominya, masih tetap saja sering mempertanyakan apakah pilihan yang saya pilih adalah pilihan yang benar. Karena saya tahu, pilihan tentu diikuti sebuah konsekuensi dan tanggung jawab. Yaa, lagi-lagi tanggung jawab. Cerita tentang saya yang menganggap kesempatan kadang tak datang kedua kalinya, mengkobarkan diri mencoba merebut kesempatan-kesempatan yang datang, tanggung jawab tanggung jawab baru yang mencoba mampir dan menyapa. Hei ! mereka begitu sedap dipandang, begitu menantang, menggilakan diri yang lupa akan kapasitas diri. Ketika pada akhirnya, setelah terjebak dalam begitu banyak tanggung jawab, pertanyaan demi pertanyaan datang bertubi-tubi hanya untuk memastikan bahwa penyesalan itu tidak menanti di penghujung perjalanan. “ Kenapa kamu ambil kesempatan itu kalau akhirnya justru menyiksa diri sendiri?” “ apa ini beneran keputusan mu atau kamu Cuma cari pengakuan?” , pertanyaan-pertanyaan yang tak hentinya datang membuat saya terjatuh dalam lamunan sebuah intropospeksi diri. Alasan mengapa saya begitu menghindari waktu sendiri, ketakutan akan datangnya pertanyaan-pertanyaan, ataupun hembusan kerinduan dalam kesindirian, entah itu rindu keluarga, saudara, ataupun kerabat. Ketakutan lain yang saya rasakan yaitu akan pemikiran orang-orang tentang saya, walaupun berulang-ulang teman mengingatkan “Ngaak perlu mikirin apa yang orang lain pikirin, habis2in waktu. Cuma bikin sedih!”, tapi entah penilaian orang tetap menjadi mimpi buruk di sela-sela lamunan. Pernah tersirat tentang asumsi orang akan berfikir seperti “Tanggung-jawab yang kemarin memangnya udah sempurna? Kok mau nambahin tanggung jawab lagi?”. Entahlah bingung juga mengapa membiarkan diri selalu terjebak dalam pemikiran orang lain.
Baru saja, nggak sengaja terputar tembang dari Jessie J yang berjudul “Who You Are” yang isi lagunya memang nggak jauh dari judulnya, yaitu tentang menjadi diri sendiri. Lagu yang pertama kali saya dengar ketika jaman SMP yang tiba-tiba menjawab isi hati saya. “Singing is deceiving, dreaming is bealiving. It’s OK not to be OK. Sometimes it’s hard to follow your heart. But tears don’t mean you losing, everybody’s bruising, there’s nothing wrong to be who you are”, beberapa line favorit yang cukup menenangkan hati bahwa sebenernya OK kok buat menjadi nggak OK, ketika kita mendapatkan masalah, ketika kita masih mencoba menjadi orang lain, semua nggak papa Karena memang sulit buat mengikuti kata hati kita sendiri. Sedih, nangis, capek, jenuh, sumpek itu OK, Karena sebuah perjuangan pasti ditemani oleh itu semua. Malam ditengah dinginnya Melbourne, 10 derajat, cukup menyadarkan diri. Pesan dari keluarga, temen-temen, bahkan postingan ini semoga bisa menjadi pengingat dan penyemangat, bahwa terkadang untuk tau kapasitas diri adalah dengan mencoba, dengan mencoba kita jadi tau kapasitas diri sendiri dengan catatan harus siap dengan tanggung jawab dan resikonya. Nggak ada yang sempurna di dunia ini, ketika yang sempurna itu Cuma Allah. Jadi apapun itu tetep pasrahkankan sama yang maha sempurna yang tau jawaban terbaik untuk diri kita. Ketika memang hasilnya kurang, berarti itu adalah jawaban tuhan buat kita, bahwa ternyata kapasitas kita adalah yang sekarang kita dapatkan.
Dan pesan terakhir yang selalu saya ingat, pesan dari kakak dan dokter tercinta sebelum saya berangkat ke Melbourne yaitu “ Ketika kamu capek, bosen, sumpek, coba lihat ke belakang dan inget-inget kembali sudah berapa jauh dan banyak langkah yang sudah kamu tempuh, sudah berapa lama waktu yang kamu sisihkan untuk perjuangan itu. Biar kamu tetep bias semangat”