Melbourne 17-08-17,
Genap 72 tahun Indonesia telah mendeklarasikan kebebasannya dari penjajahan. Perjuangan dan perlawanan oleh Pahlawan yang patut dan selayaknya kita renungi, hargai dan dalami, sebagai penyemangat kita untuk tetap menghargai dan mencoba untuk berkontribusi untuk bangsa dan negara. Bicara tentang berkontribusi untuk bangsa, cerita kali ini tak akan jauh seputar tentang berkontribusi untuk Indonesia.
“You can take me from Indonesia, but you can’t take Indonesia from Me” quotes yang kerap terlintas di kepala sepanjang saya dalam perjalanan belajar di negeri Kangguru ini. Tentunya bersyukur atas kesempatan yang bisa saya dapatkan, pertanyannya sudahkah saya memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-sebaik nya? Dapat memanfaatkannya dengan baik dan memperoleh begitu banyak hal yang bisa saya peroleh.
***
Hari ini tepat hari kemerdekaan Indonesia, waktu hampir menunjukkan kedua jarum jam berada pada satu titik mengarah keatas dan malam seakan mengulur waktunya seakan tak ingin mengakhiri hari ini dan mencoba untuk tak memberi izin malam untuk memeluk pagi. Mata saya seakan enggan untuk terlelap, mencoba mengingat-ingat kembali sebuah perjalanan yang bermula 4 bulan lalu.
Seharusnya saya menceritakan kepadamu tentang bagaimana 4 bulan yang saya lewatkan dengan selang waktu yang seakan tak mengenal sekat hari, terasa begitu cepat. Rasanya baru kemarin label stiker bertuliskan “Alvin” tertempel di jaket saya sebagai tanda pengenal untuk orang-orang baru yang akan saya temui. Selama genap 4 minggu mencoba mengumpulkan semangat dan kepercayaan diri meyakinkan diri bisa terpillih di masa-masa seleksi. Hingga akhirnya sebuah tangung jawab baru mempersatukan saya Bersama 11 orang lain untuk mampu mengibarkan bendera Merah Putih di Melbourne.
Tahap Seleksi
Sepantasnya saya ceritakan tentang 11 orang yang luar biasa yang kuyakin memang ditakdirkan untuk mengisi hari-hari sejak 4 bulan yang lalu. Mereka tentunya orang-orang yang hebat, berbagai watak, berbagai latar belakang namun tak berat hati Bersama-saama mengesampingkan egoisme individu demi kebersamaan. Teringat salah satu perkataan pelatih tentang “The art of PASKIBRA”, tentang bagaimana dalam PASKIBRA kita akan bergerak dalam satu barisa, kelurusan serta gerakan dengan komunikasi minim dalam hati. Mengesampingkan Ego, dan menyatukan niat mungkin adalah kuncinya, karena saya merasa selama 4 bulan ini rasa yang kita rasakan sama, capek dan Lelah adalah perasaan yang sama, namun akan menjadi seru ketika kita bisa saling menyemangati.
Disamping cerita tentang 11 orang Pasukan tentu ada nama nama dibalik ke suksesan dan keberlangsungan Pengibaran Bendera, merekalah para pelatih yang kurasa berulang-ulang ucapan Terima kasih pantas mereka terima atas dedikasi dan waktu yang telah mereka kerahkan.
sesaat pernah diri merasa begitu penat dan lelah dengan tugas, ujian di kampus, kegiatan dan tanggung jawab di organisasi pelajar, Internship dan kerja part time yang membuat saya cukup merasa berat untuk datang latihan, namun dalam pikiran saya kembali teringat dengan wajah-wajah pelatih yang ikhlas datang di setiap waktu latihan, tidak ada yang mewajibkan hanya karena sebuah dasar komitmenlah. Selintas terusik rasa malu ketika tak jarang saya temui disela-sela waktu pelatih menyempatkan untuk belajar ataupun mengerjakan tugas lantas kelas se-usai ini semua kebanggaan Kamilah yang lebih terasa. Sebuah dasar komitmen lah yang tentunya bisa saya pelajari.
Dan mungkin seharusnya pun saya membagi rahasia tentang kilasan-kilasan cerita diantara hari-hari dalam 4 bulan kebelakang. Entah itu cerita lucu dibalik tawa, lelah dibalik keringat, kehangatan dibalik pelukan, atau bahkan kebanggaan dibalik tangisan. Mulai dari cerita bagaimana kita menemukan angka 7 dan 2 menjadi angka “Keramat” yang aneh, ketika kita menyadari bahwa di tahun ini negara kami merayakan ulang tahunnya yang ke 72, alamat KJRI Melbourne yang bernomor “72”, nomor tram yang membawa pulang salah satu dari kami bernomor “72” , dan ketika kita tempo gerakan yang begitu susahnya kita cari, datang bersamaan dengan lagu yang kita temukan nyaman, yang kebetulan adalah tempo “72”. Sampai cerita tentang kebersamaan yang kerap kita bangun. Tak jarang pula saya menangkap mimpi-mimpi sederhana yang terlontar dari orang-orang hebat disamping saya, dan saya percaya bahwa kemanapun kelak mereka akan menerbangkan asa, benih mimpi serta janji kepada Ibu Pertiwi kerap mereka genggam dalam kepalan, hingga kelak tiba saatnya kami kan pulang dan menulis kisah baru tentang tanah merdeka serta janji-janji kontribusi kami yang terpenuhi.
Dipenghujung malam ini saya menyadari, bahwa perjalanan menjadi PASKIBRA KJRI Melbourne ini bukan hanya sekedar belajar dan mendalami baris-berbaris, kebanggaan mengibarkan begitu banyak hal diluar apa yang saya harapkan ketika pertama kali tergabung dalam PASKIBRA KJRI Melbourne. Disamping menjadi diri yang berkembang dan mampu mempelajari banyak hal, menemukan keluarga baru adalah hal yang dapat saya temukan di perjalanan ini. Sekali lagi DIRGAHAYU Indonesia ku yang ke-72 !, tetap menjadi indah dan memukau dan untuk pemuda Indonesia, Kuatkan niat mu, kerahkan tekad dan mari Bersama tetap berkontribusi untuk Indonesia.
“Kami Pemuda Indonesia,
Kami PASKIBRA Melbourne 17,
Kami disini siap mengabdi demi nusa dan bangsa!”